DEPOSTJOGJA,- “Hidup dalam kekuasaan sering membuat orang lupa diri.”
Raden Mas Rangsang seorang Putra Kerajaan Mataram dikirimkan ayahnya sejak kecil untuk belajar dan menjadi Cantrik. Ia belajar pada Ki Guru yang merupakan murid Sunan Kalijaga.
Sepeninggal ayahnya, Panembahan Hanyokrowati, ia dinobatkan menjadi raja berikutnya. Awalnya ia menolak, karena tahta yang sebenarnya ditujukan kepada Pangeran Martapuro, putra mahkota dari istri Panembahan Hanyokrowati yang pertama.
Namun mengingat kondisi Pangeran Martapuro yang tidak memungkinkan menjadi seorang raja serta kejahatan di balik Ratu Gusti Ayu yang ternyata memerintahkan seseorang dengan sengaja mencelakakan sang Raja, Tahta tersebut jatuhlah pada Raden Mas Rangsang.
Raden Mas Rangsang awalnya menolak karena ia ingin menjadi Cantrik yang kelak menjadi seorang brahmana dan jatuh cinta pada Lembayung. Namun pesan tersurat Sunan Kalijaga yang dititipkan pada Ki Guru membuat hatinya tergugah untuk mengabdi pada masyarakat Mataram.
Baca juga: Babak 16 Liga Champions, Liverpool Menang 2 Gol
Surat tersebut berisikan bahwa kelak bumi nusantara akan terpecah belah dan golongan Tuca (perampas, perampok, penjarah) menguasainya, hingga terjadi perpecahan raja-raja. Namun akan ada Pemimpin Brahmana yang menyatukan mereka. Surat tersebut ditujukan pada Raden Mas Rangsang.
Hingga tibalah hari ia dinobatkan menjadi Raja Mataram sekaligus menikah dengan putri Kerajaan Batang. Hal itu tentu saja membuat Lembayung bersedih namun harus ikhlas dan lapang dada.
Ditengah kejayaan masa kepimpinannya, Datanglah VOC pedagang dari negeri Belanda yang sukses mengusir para penjajah dari Inggris. Mereka menawarkan kerjasama dengan kerajaan Mataram.
Namun Raden mas Rangsang memiliki firasat buruk karena kerajaan-kerajaan lain telah di kuasai oleh mereka sehingga mereka menolak untuk melakukan kerjasama. Bahkan Raden Mas Rangsang yang mendapatkan gelar Sultan Agung (Susuhanan Agung) melakukan perlawanan terhadap VOC.
Ia mengerahkan semua prajurit dan semua rakyat Mataram untuk bersama melawan dan menyerbu banteng VOC yang dipimpin oleh JP. Coen. Kurangnya senjata dan strategi serta kekuatan militer, membuat pasukan Sultan Agung kalah dan menewaskan banyak oranag.
Baca juga: Pertandingan Ditunda, Jadwal BRI Liga 1 Berubah
Hal itu juga membuat beberapa anteknya dan orang-orang kepercayaanya seperti Kelana yang selalu bersamanya sejak kecil mengkhianatinya, karena perbedaan pendapat. Namun Sultan Agung tak gentar berjuang agar mengalahkan menir-menir itu. Hingga serangan ketiga ketika Sultan Agung memerintahkan untuk membangun lumbung-lumbung padi di beberapa titik di Cirebon. VOC yang mendapat info dari pengkhianat membakarnya habis-habisan.
Hingga akhirnya para prajurit yang tersisa pulang ke Mataram. Namun meski kalah, mereka berhasil mencemari sungai yang menjadi sumber air untuk VOC hingga akhirnya JP. Coen terkena kolera.
Bagaimana kisah selengkapnya? Kisah tersebut merupakan film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta (sebelumnya Sultan Agung Mataram 1628) adalah sebuah film sejarah Indonesia yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini berkisah tentang Sultan Agung Hanyakrakusuma (1593-1646), raja ketiga Kerajaan Mataram yang memerintah pada 1613-1646.* -RESTY
Baca juga: Lampaui Penjualan 800 Ribu Kopi di Hanteo, Lalisa Catatkan Sejarah