DEPOSTJOGJA,- Sri terdiam, melihat Dela menatapnya dengan senyuman menyeringai.
“Cah cilik wangi men nggolek masalah (masih kecil berani sekali cari masalah),” kata Dela sambil tetap berdiri menahan pintu. Kepalanya menggedek ke kiri dan kanan sedag menertawakan Sri yang sedang ketakutan.
“Kok isok (kok bisa),” kata Sri, sambil gemetaran. “Coba pikirno ndok (coba pikirkan nak),” kata Dela, “Lapo wong tuwek situk ikut, mbukak kerandaku trus gak nyancang aku, rupane kanggo awakmu toh, menungso iku lucu kadang yo (kenapa orang tua itu membuka keranda ini, lalu tidak mengikatku dengan benar, rupanya untuk kamu ya. Manusia itu terkadang lucu ya).”
Sri terdiam, ia tiba-tiba berpikir, apa mbah Tamin sengaja membuka keranda itu? Sial, harusnya Sri berpikir bahwa kepergian beliau bukankan suatu yang aneh. Namun untuk melepaskan makhluk ini.
Dela merangkak, ia mendekati Sri yang meringkul. Namun aneh, si Dela haya melihat wajah Sri sambil tetap tersenyum.
“Awakmu gak bakal mati ndok, carane garai aku wegah njukup nyowomo (kamu tidak akan mati nak, caranya membuatku malas mengambil nyawamu). Tak kandani nek koen kepingin eroh, onok opo nang kene (saya kasih tau sesuatu bila kamu ingin tahu sesuatu, ada apa disini).”
Sri masih diam, ia tidak berbicara banyak. Ketakukan sudah memenuhi seluruh badannya.
“Wet ring nang etan, tata watu sebelah kidul, bukak’en isine (ada sebuah pohon beringin di di timur tempat ini, cari sebuah batu tertata lalu buka isinya).”
Dela berdiri, membuka pintu, lalu menutupnya lagi. Sri yang masih terjebak dalam ketakutannya, perlahan berdiri. Melihat Dela yang kembali tidur, tidak lupa ia menutup kerandanya lalu ke kamar.
Baca juga: Punguti Sampah di Citayam, Cinta Laura Trending
Pagi itu, seperti biasanya. Dini dan Erna sibuk dengan kegiatannya sendiri. Sementara Sri, ia pamit untuk menghabiskan waktu di kamar. Sri mengaku badannya tidak enak. Namun yang sebenarnya terjadi, Sri melangkah pergi menutu tempat yang ia dengar dari sosok yang ia temui semalam.
Dari jauh, pohon itu tumbuh sendiri di antara semak belukar di sekitarnya. Ada tanah lapang yang terbuka, seakan pohon itu dibiarkan menyendiri. Begitu kelam, begitu menyeramkan. Anehnya, Sri malah mendekatinya, seakan hantinya menuntun memanggil namanya. Ia harus melakukannya.
Meski cahaya matahari sudah terang benderang, namun di bawah pohon ini, seakan cahaya itu bisa menyentuhnya. Rimbunnya pohon beringin ini, menciutkan nyali siapapun yang ada di sekelilingnya.
Sri menemukan sebuah kuburan, dengan batu nisan bertuliskan sebuah nama yang familiar…
“Dela Atmojo”
Butuh waktu untuk memproses informasi itu. Namun, Sri mencoba menolak pikiran itu, “Dela sudah meninggalkah?” batin Sri terguncang. Ia kini tersesat di dalam pikirannya sendiri.
Entah apa yang Sri pikirkan, ia langsung menggali tanah keras itu dengan jemarinya. Sri mencari bebatuan untuk membongkar kuburan itu, ia merasa ada yang salah dengan kuburan ini, termasuk ukurannya yang tidak terlalu besar.
Benar saja… Apa yang Sri termukan selanjutnya?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Wisata Candi di Yogyakarta, Ini Lokasi dan Harga Tiket Candi Plaosan