DEPOSTJOGJA,- 7 tahun lalu, 26 Maret 2015, ada jenazah yang ditemukan mengambang di Danau Kenangan, Universitas Indonesia. Jenazah itu diketahui adalah Akseyna Ahad Dori, seorang mahasiswa jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Awalnya, Akseyna diduga bunuh diri. Namun belakangan terungkap bahwa Akseyna ternyata korbam pembunuhan. Sudah 7 tahun berselang. Namun kasus ini belum juga menemukan titik terangnya.
Saat itu, jasad Akseyna ditemukan oleh seorang mahasiswa UI bernama Roni dengan posisi mengambang di Danau Kenangan sekitar pukul 09.00.
Penemuan mayat ini sontak membuat perhatian banyak orang. Warga yang turut penasaran pun kemudian berkumpul di tempat kejadian perkara untuk melhat mayat mengambang tersebut.
Awalnya, tidak ada yang tahu bahwa sosok mayat itu adalah Akseyna, karena tidak ada identitas yang tertera di jasad korban. Akhirnya, jasad itu dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk selanjutnya dilakukan identifikasi.
Kasat Reskrim Polresta Depok saat itu, Kompol Agus Salim, mengatakan bersamaan dengan ditemukannya mayat tersebut, ternyata orang tua Akseyna sedang mencari keberadaa putranya yang tidak ada kabar. Saat mengetahui ada penemuan mayat, orang tua Akseyna segera menghubungi polisi dan datang dari Yogyakarta untuk mengidentifikasi jenazah di Rumah Sakit Polri Kramathjari.
Identifikasi
Baca juga: Hyun Bin dan Son Ye Jin Resmi Menjadi Suami Istri
Keluarga akhirnya memastikan bahwa jasad yang ditemukan adalah Akseyna yang dikenali dari bentuk hidung, pakaian dan juga sepatu korban. Awalnya, korba diduga bunuh diri karena polisi yang tengah menyelidiki kasus tersebut menemukan selembar surat wasiat yang tertempel di dinding kamar kos Akseyna.
“Dugaan sementara bunuh diri. Kami menemukan semacam surat waniat korban,” ungkap Agus.
Surat wasiat itu berisi tulisan tangan dalam Bahasa Inggris yang isinya adalah pesan terakhir dari korban.
Disurat tersebut tertulis “Will not return for please don’t search for exsistence, my apologies for everything eternally.”
Yang intinya adalah bahwa Akseyna tidak ingin dicari dan ingin meminta maaf. Surat tersebut akhirnya di periksa oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor). Dan hasilnya menunjukan bahwa tulisan itu identik dengan tulisan tangan Akseyna.
Janggal
Kolonel (Sus) Mardoto yang merupakan ayah Akseyna melihat ada kejanggalan dari kematian putranya tersebut. Salah satunya adalah adanya luka lebam pada tubuh Akseyna, lalu keberadaan sejumlah batu yang ditemukan di dalam tas korban juga turut dicurigai oleh ayahnya.
Selain itu, Mardoto tidak yakin bahwa surat wasiat yang tertempel di dinding adalah tulisan anaknya. Saat itu, polisi tidak berhenti menyelidiki kasus ini.
Sejumlah barang bukti, saksi dan hasil visum juga kembai diperiksa. Penyidik juga memanggil saksi ahli grafologi dari American Handwriting Analysis Foundation Deborah Dewi untuk memberikan keterangan terkait surta tangan tulisan Akseyna.
Hasilnya, Deborah menyatakan bahwa tulisan tersebut bukanlan tulisan tangan Akseyna. Akhirnya, polisi yakin bahwa Akseyna adalah korban pembunuhan.
Hal lain yang menguatkan dugaan bahwa Akseyna korban pembunuhan adalah bahwa pada paru-paru Akseyna terdapat batu dan pasir. Hal ini tidak ditemukan ketika korban sudah tidak bernapas dan memperkuat pernyataan bahwa Akseyna tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.
Bukan hanya itu, di sepatu Akseyna juga ditemukan robekan di tumit yang meperkuat dugaan bahwa ada upaya penyeretan terhadap Akseyna. Mesipkun demikian, hingga saat ini, kasus belum menemukan titik terang. Pelaku pembunuhan Akseyna pun belum terungkap hingga saat ini.* (PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Sudah 27 dari 32 Negara Memastikan Tiket ke Piala Dunia 2022 Qatar