DEPOSTJOGJA - Tahun 1982, Peter I atau yang lebih dikenal dengan nama Peter Agung menjadi Tsar Rusia bersama saudara tirinya, Ivan V. Pada saat naik tahta, usia Peter masih 10 tahun.
Saudara tiri lainnya, Sophia Alekseyevna sudah memerintah sebagai wali ketika mereka masih belia.
Mengutip dari Ensiklopedia Indonesia dan Dunia, Ivan merupakan sosok yang lamban dan kurang cakap, hal tersebut membuat Peter frustasi. Maka di tahun 1969, Peter mengambil alih kekuasaan secara total dari tangan saudranya tersebut.
Baca juga: Berbahaya! Inilah 4 Dampak Buruk Ketika Sering Memakai Fake Nails
Rusia Terbelakang
Pada masa awal pemerintahannya, Rusia merupakan negara yang relatif terbelakang diantara negara-negara Eropa lainnya.
Ambisi besar Peter Agung adalah membuat Rusia maju dan menjadi sebuah kekuatan besar di Eropa tentunya.
Rusia Berkiblat Ke Barat
Rusia amatlah luas secara geografik juga berpotensi menjadi negara yang makmur. Para penjelajah Rusia telah mendesak hingga ke ujung timur Siberia. Pertambangan di Pegunungan Ural telah dibuka dan menghasilkan berbagai sumber daya alam yang baru.
Peter Agung ingin mengalihkan pandangan Rusia dari Timur ke Barat, termasuk dengan mengurangi kekuasaan para Boyar (Bangsawan Rusia).
Boyar sendiri merupakan bangsawan penguasa secara turun-temurun di Rusia sejak abd ke-10, dan mereka ingin memelihara tradisi demi memperkuat kepentingan mereka.
Pelabuhan Adalah Kunci
Peter Agung menyadari bahwa Rusia akan tetap terkucil hingga dapat memperoleh jalur ke Barat, melalui Laut Baltik yang dikuasai oleh Negara Swedia atau melalui Laut Hitam yang dikuasai Kesultanan Ottoman.
Rusia sendiri tidak mempunyai pelabuhan, kecuali Archangelsk di ujung Utara yang bisa membeku saat musim dingin.
Untuk dapat memperoleh pelabuhan, Peter Agung bergerak dengan menaklukan wilayah pantai. Dia merebut Azov di Laut Hitam dari tangan Kesultanan Ottoman meski akhirnya itu tidak berlangsung lama sebelum direbut kembali.
Di tahun 1700, Peter Agung juga menyerang Swedia dengan mengalahkan Chales XII di Poltava, Ukraina.
Di dalam perjanjian damai setelahnya, Peter Agung memperoleh Estonia dan Livonia. Kemenangan besar ini menjadi jalan yang diperlukannya di pantai Baltik
Peter Agung dan Barat
Peter Agung memusatkan diri pada pemerintahannya. Gereja Ortodoks berada di bawah kekuasaan negara. Peter Agung merubah peranan kaum bangsawan dan menuntun mereka agar patuh padanya
Tahun 1697, Peter Agung memulai perjalanannya ke Eropa Barat selama 18 bulan, khususnya ke Inggris dan Belanda untuk belajar cara pandang dan keterampilan di Barat.
Ia menyamar menjadi warga biasa dan mengunjungi rumah sakit, museum, pabrik dan tempat lainnya.
Untuk mempelajari seni membuat kapal, Peter Agung bekerja sebagai tukang kayu. Dia lantas menyewa ratusan tukang kayu dan teknisi utnuk mengajarkan keterampilannya kepada bangsa Rusia.
Saat kembali ke Rusia, Peter Agung segera menciptakan perubahan mulai dari layanan baru bagi warga Rusia berdasarkan model Eropa.
Baca juga: Gereja Kayutangan, Gereja Tertua di Malang Jadi Saksi Bisu Eksistensi Umat Katolik
Dia mendorong penghuni istana agar berpakaian dan bersikap ala Barat. Peter Agung juga mendirikan pabrik, terusan jalan, dan membangun berbagai industri lainnya. Salah satu mahakaryanya adalah mendirikan St. Petersburg sebagai ibukota baru.
Kendati sangat antusias, Peter Agung juga dapat bersikap kejam. Hal inilah yang membuatnya kehilangan dukungan.
Karyanya bau selesai pada tahun 1725, Peter Agung wafat di tahun yang sama setelah ia menyelam di Sungai Neva pada musim dingin demi menyelamatkan beberapa pelaut yang tenggelam.
Peter Agung telah memulai proses yang kemudian menjadikan Rusia menjadi salah satu negara Adikuasa di dunia modern. (Dikki Wahyu Afandi)