Bagian 24, Misteri Sewu Dino

Horor —Kamis, 11 Aug 2022 13:25
    Bagikan  
Bagian 24, Misteri Sewu Dino
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

DEPOSTJOGJA,- Rumah kayu jati menjadi corak bahan utama, seakan memberitahu Sri ini adalah tempat yang ia janjikan.  Mbah Tamin tengah berdiri di teras rumah dan disampingnya ada Dela. Hal yang membuat Sri dan Dini tidak bisa berhenti melihat hal itu. Mereka ngeri dengan pemandangan itu.  Dela berdiri persis di samping mbah Tamin. Senyumannya menjadi pembuka dari sambutan yang tidak pernah Sri bayangkan.

Sugik melangkah keluar, membuka pintu mobil. Sri dan Dini ikut keluar meski dengan langkah yang ragu. Mereka mendekati mba Tamin dan Dela yang sejak tadi menatap kedatangan mereka.

“Mbak Sri ya,” kata Dela, suaranya mirip seperti gadis pada umumnya. “Maturnuwun purun nerima kerjaan niki nggih mbak (Terimakasih sudah mau menerima pekerjaan ini).”

Sri hanya menyambut tangan Dela. Ia masih melihat luka borok dan perut buncitnya. Secara fisik, tidak ada yang berubah. Membuat semua orang tidak sanggup melihatnya.

Setelah melihat Sri dengan tatap sumringahnya, Dela beralih pada Dini. Ia melakukan hal yang sama. Sri hanya bingung, ia tidak pernah melihat ini sebelumnya. Sangat berbeda dengan Dela yang selama ini ia lihat.

Baca juga: Bagian 23, Misteri Sewu Dino

Setelah basa-basi, mbah Tamin mempersilahkan Sri dan Dini masuk ke dalam. Sri langsung bisa merasakan bahwa rumah ini jauh berbeda dari rumah gubuk itu. Rumah disini berkali-kali lipat lebih besar. Tentu dengan nuansa Jawa yang masih sangat kental. Meskipun begitu, Sri masih merasa ngeri memasukinya.

Setiap ruangan di rumah ini besarnya bukan main. Banyak lukisan dengan corak kenal adat budaya Jawa yang bisa Sri rasakan langsung. Namun, dari semua itu, ada satu lukisan yang menarik perhatian Sri. Sebuah lukisan yang familiar.

Sri menatap lekat foto itu. Seorang wanita tengah berpose dengan sanggul dan berkebaya menatap lurus dan tengah memegang jabang bayi. Yang membuat Sri tidak bisa mengalihkan perhatiannya adalah, jabang bayi di lukisan itu memiliki dua kepala.

“Sri kamarmu nang mburi, ayok tak terna (Sri, kamarmu ada di belakang sini aku antar),” ajak mbah Tamin.

Sri baru menyadari, Dini tidak ada di belakangnya. Entah kemana, ia mengikuti mbah Tamin menelusuri setapak demi setapak dan melihat banyak ruangan tanpa pintu.  Kamar Sri hanya ruangan kecil dengan beberapa perabot tua. Ia tidak lagi sekamar dengan Dini, hanya ada jendela yang ditutup gorden, di sana, mbah Tamin mengatakannya, “Nek was jam 12, lawang kamarmu ojok lali di tutup, ojok sampe mok bukak yo, pesenku iku tok (Kalau sudah jam 12, pintu kamarmu jangan dibuka, jangan sampai kamu membukanya, ingat pesanku ini) tegas mbah Tamin lalu berlalu).”

Lalu kenapa pintu kamarnya harus dalam keadaan tertutup?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Bagian 22, Misteri Sewu Dino

Editor: Siska
Tags :
Misteri sewu
    Bagikan  

Berita Terkait