DEPOSTJOGJA,- Sri tidak tahu harus bilang apalagi, namun kemudian sebelum tangisannya meledak, Mbah Krasa membisikkan sesuatu, “Tolong”, lalu pergi.
Pagi itu, mbah Tamin dan Dini sudah kembali. Seseorang memanggil Sri dari dalam kamar dan melihat mbah Krasa duduk bersama Dela. Di tengah meja, Sri melihat kotak itu lagi. Lantas, Dini mulai membukanya. Dari dalam, Dini mengeluarkannya, “Pasak Jagor”. Semua orang menatap Sri. Pasak Jagor, boneka yang Sri lihat, nyaris sama persis.
Jadi, semalaman mbah Tamin dan Dini mencari benda ini, di badan boneka, ada lilitan rambut kusut yang sama persis seperti yang Sri lihat dan mengingatkannya pada Erna.
“Engkok bengi, kabeh mari nang kene (nanti malam, kita akhiri)."
Dela mendekati Sri dan menatap Sri seakan ingin tahu. Tatapannya lebih lembut, ia berucap dengan suara lirih, “Matur nuwun ngih mbak, gak bakal tak lalino jasane sampeyan (Terimakasih ya kak, saya gak akan pernah lupa jasa kamu)."
Sri hanya mengangguk, ia sudah tidak perduli. Setelah memotong rambut Sri dan Dini, Mbah Tamin mengikat rambut itu pada boneka. Di belakang rumah, ia sudah memutari 3 lubang galian itu, tempat Dela, Sri dan Dini terduduk didalamnya.
Baca juga: Comeback! Blackpink Luncurkan Single Pink Venom
Mbah Tamin duduk, menyirami boneka itu dengan air sementara baru kemenyan semakin menyengar. Tangan dan kaki mereka dikat dengan ranting muda daun keluar. Sehingga, ketiga-tiganya tidak ada yang bisa bergerak. Hanya pasrah di dalam setiap lubang yang sudah di gali untuk mereka semua.
Perlahan, mbah Tamin mencabut satu persatu rambut itu. Terdengar suara yang tidak asing. Suara kerbang merang. Sri yang sudah terjebak di dalam lubang, tidak tahu apa yang terjadi. Karena setelah suara itu hilang, ia mendengar Dela dan Dini menjerit, lalu hening…
Hening…
Sesuatu baru saja membasahi tubuh Sri, baunya amis. Darah. Darah kental itu membuat Sri tidak nyaman. Tanpa sadar ketakutan sudah merasukinya, ia tersenggal, karena di dalam lubang itu, Sri kesulitan untuk bernafas.
Tiba-tiba Dini berteriak lagi. Kali ini, ia meronta dari suaranya. Seperti ia tengah disiksa. Suara Dini lalu suara Dela, suara mereka saling bersahutan satu sama lain. Sri yang tidak bisa melihat apa yang terjadi hanya bisa gemetar. Menahan ketakutan yang semakin menguasainya.
Mbah Tamin sedang membalas perbuatan si pengirim santet. Lalu Sri merasakan tubuhnya seakan mati rasa. Rasanya seperti terjebak dalam keadaan tidak sadar, seakan Sri tidak lagi bisa merasakan apapun. Namun, rupanya itu hanya awal saja, sebelum rasa sakit seakan merobek robek bagian daging di tubuhnya. Sri merasa itu adalah rasa sakit terhebat yang pernah ia rasakan.* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Bagian 29, Misteri Sewu Dino