DEPOSTJOGJA,-Rumah Gurita menjadi salah satu ikon legenda urban terkenal di Kota Bandung. Arsitektur dan dekorasi berupa Gurita Raksasa di atas atap rumah berlantai empat tersebut memang membuat warga yang melintas bertanya-tanya, bahkan tak sedikit mengaitkan rumah tersebut dengan tempat ritual pemujaan setan.
Tapi benarkah desas-desus tersebut?
Rumah Gurita terletak di kompleks perumahan Sukadamai, yang berada di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi. Akses untuk menuju Rumah Gurita bisa dari Jalan dr Djundjunan maupun dari jalan Sukagalih. Lokasinya persis di depan Kantor Pos Sukagalih.
Tampak depan, Rumah Gurita tersebut berada di belakang rumah nomor 6 di perumahan Sukadamai. Konon, penomoran tersebut juga sering dikait-kaitkan dengan nomor setan yakni triple enam atau 666.
Sementara itu, Rumah Gurita berada di balik rumah nomor 6 tersebut atau bangunan yang terpisah. Yang terlihat dari depan, hanya terlihat Gurita dengan dua lubang kaca seperti mata yang menghiasi kepala atau badan patung gurita raksasa tersebut.
Walau begitu, pintu masuk menuju Rumah Gurita itu bukan satu-satunya hanya melewati rumah nomor 6. Ada pintu lain, berupa gerbang putih tinggi yang menghadap ke Jalan Cipedes. Pintu ini berada di bagian timur Rumah Gurita tersebut.
Detikcom pun mencoba mengamati, dari sudut pandang sisi sebelah barat. Terlihat dari lantai tiga bangunan tersebut terdapat kaca-kaca besar dengan gambar seorang pria berjanggut dan berambut panjang, pasukan kavaleri dan sejumlah potret lelaki berambut ikal dan satu potret wajah menyeringai. Ada sederet potret wajah lainnya, namun tak terlihat jelas.
Oong (72) warga setempat, mengatakan sedianya desas-desas Rumah Gurita sebagai tempat pemujaan setan sudah lama berkembang sejak beberapa tahun yang lalu. Tetapi, ia yang tinggal di bertetangga dengan Rumah Gurita sejak tahun 1980-an akhir itu memastikan bahwa kabar yang beredar liar di internet tersebut adalah bohong.
Baca juga: Seribu Cangkir Kopi Ini Gratis Dinikmati Pengunjung
“Bangunan ini dimiliki oleh seorang pengusaha, bernama pak Frans. Saya kenal baik orangnya dan kami sering kontak-kontakan. Rumah ini hanya menjadi rumah singgah, karena pemiliknya ada di Jakarta,” kata Oong.
Ia meluruskan kabar bahwa sejumlah orang beribadah di depan Rumah Gurita. Sepengetahuannya selama tinggal di sana, tidak pernah ada kejadian tersebut. “Itu bohong, saya tinggal di sini sejak tahun 1986. Tidak pernah faktanya hal seperti itu,” tuturnya.
Oong menuturkan, bangunan Rumah Gurita itu awalnya sering dijadikan tempat warga kompleks berkumpul atau bermusyawarah. Tempat tersebut dipilih, karena memiliki ruangan luas yang bisa menampung banyak orang. “Awalnya sering dipakai warga untuk musyawarah,” katanya.
Berdasarkan penuturannya, di lantai pertama dan kedua Rumah Gurita hanya ada ruangan kosong dengan sejumlah patung. Seperti diketahui, Frans sang empunya rumah menyukai kesenian. “Jadi ada patung-patung tersebut di rumahnya,” katanya.
Kemudian di lantai teratas tempat gurita raksasa bertengger, itu adalah taman yang didesain dengan gaya Indian. Tentakel gurita pun menjadi salah satu penghias dari taman tersebut. Sementara di sisi barat bawah rumah tersebut terdapat sebuah kolam renang.
“Kenapa bangunannya luas juga, karena pak Frans bilang untuk membuat sarana fitnes. Tapi keinginan itu belum terwujud juga sampai sekarang,” katanya.
Saat ini, kata Oong, rumah tersebut tak benar-benar kosong. Ada kakak dari Frans yang mengurus rumah tersebut. “Kalau pak Frans-nya sekarang ada di Jakarta, sudah mulai jarang ke sini. Kabarnya memang kondisinya sekarang sedang sakit,” pungkasnya. (RATIH ANJANI)