DepostJogja,-Setiap tanggal 2 Mei kita akan selalu diingatkan pada seorang tokoh RM. Soewardi Suryaningrat
Seorang tokoh yang karena kegagalan sekolahnya di STOVIA justru membakar semangatnya untuk berjuang di jalan lain.
Dan aktif di berbagai organisasi dan melanjutkan kegemaran menulis artikel di media masa kala itu.
Namun lika-liku kehidupannya saat menjalani hidup sebagai penulis tidak selalu mulus.
Beberapa hari setelah menikah dengan Raden Ayu Soetartinah pada tahun 1913.
RM. Soewardi Suryaningrat ditangkap polisi Belanda karena artikel yang dituliskan dianggap kontra dengan pemerintah.
Setelah ditangkap kemudian diasingkan ke Belanda namun justru hal tersebut membuatnya dekat dengan cita-citanya.
Yaitu menjadi seorang guru di sana anak bangsawan Pakualam ini berteman baik dengan tokoh-tokoh Belanda.
Di antaranya Mr. Frobel yang sangat dikagumi karena metode Frobel yang menerapkan pendidikan dengan menyanyi dan bermain.
Dan juga dr. Maria yang menerapkan metode pendidikan dengan menitikberatkan pada panca indra.
Sekembalinya beliau ke Tanah Air beliau memutuskan untuk fokus pada dunia pendidikan.
Dengan mengawali sebagai seorang pendidik di sekolah Adhi Darmo yang didirikan kakaknya RM. Soerjopranoto.
Satu tahun kemudian muncul gagasan untuk mendirikan sekolah sendiri yang khusus untuk kalangan rakyat jelata.
Sehingga pada 3 Juli 1922 RM. Soewardi Suryaningrat mendirikan sekolah yang Ia bernama National Onderwijs Instituut Tamansiswa.
Baca juga: Kenali Ciri Penderita Gangguan Mental Misophonia, Seseorang yang Membenci Suara
Sekolah yang didirikannya tersebut menggunakan metode yang disesuaikan dengan budaya bangsa sendiri.
Secara tidak langsung metode itu menjadi bentuk protes pada metode sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial.
Tujuan dari pendirian Tamansiswa itu sendiri adalah agar anak-anak Indonesia dapat menjadi orang yang intelek.
Dan tak kalah pentingnya berbudi pekerti luhur sebagaimana budaya bangsa serta mencintai tanah airnya.
Tentunya hal ini membuat pemerintah kolonial merasa khawatir dengan keberadaan Tamansiswa.
Sehingga pada 1932 dengan berbagai alasan pemerintah Belanda menyita semua aset Tamansiswa.
Dan aset tersebut kemudian dilelang kepada para bangsawan kala itu kejadian ini membuat Soewardi merasa sedih dan kecewa.
Namun di luar dugaan ternyata para bangsawan pemenang lelang kemudian memberikannya kembali ke Tamansiswa.
Pada 23 Februari 1928 saat didirikannya Tamansiswa RM. Soewardi Suryaningrat mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.
Hingga di masa kemerdekaan beliau dikenal sebagai pelopor pendidikan nasional.
Dan diangkat menjadi Menteri Pengadjaran pada awal kemerdekaan hingga pada tahun 1950 beliau mengundurkan diri.
Dan memilih mengurus Tamansiswa dan melanjutkan aktivitas menulisnya di berbagai media masa.
Dan membuahkan beberapa artikel di antaranya Tri Pusat Pendidikan dan pendidikan bagi kaum perempuan.
Aktivitas tersebut dilakukannya hingga beliau wafat pada 26 April 1959 namun Tamansiswa tetap eksis hingga kini.*R
Baca juga: Penyebab User iPhone Tidak Ada Layanan, Berikut Cara Mengatasinya!