Optimis atau Toxic Positivity? Sikap yang Manakah Kamu

Hiburan —Rabu, 26 May 2021 14:55
    Bagikan  
Optimis atau Toxic Positivity? Sikap yang Manakah Kamu
Optimis atau Toxic Positivity? Sikap yang Manakah Kamu (foto:ist)

JOGYA, DEPOSTJOGJA

Saat Anda menemui suatu masalah mungkin banyak ajakan dari teman atau kerabat untuk selalu berpikir positif dan bersikap optimis. Sikap tersebut memang baik untuk kesehatan fisik dan jiwa. Namun jika sikap optimis tidak diikuti dengan empati maka akan berubah menjadi toxic positivity.

Toxic positivity berasal dari niat baik seseorang yang ingin memberikan dukungan kepada orang lain. Tetapi hal ini justru akan memberikan emosi negatif kepada penerima sehingga membuat keadaannya semakin memburuk.

BACA JUGA : 5 Pantai yang Jarang di ketahui Memiliki Keindahan yang Menakjubkan

Seiring maraknya penggunaan media sosial, Anda mungkin akan makin sering melihat beragam post yang mengajak semua orang untuk selalu bersikap positif. Sikap optimis memang bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan raga, tapi sikap optimis tanpa empati bisa berubah menjadi toxic positivity.

Tidak hanya post di media sosial, fenomena toxic positivity pun kadang terlihat ketika Anda berkeluh-kesah kepada orang lain. Meski niat awalnya baik, toxic positivity malah dapat menimbulkan emosi negatif pada orang yang menerimanya. Lalu, sebetulnya apa perbedaan antara sikap optimis dan toxic positivity?

BACA JUGA : Wajib Dicoba! 4 Kuliner Malam di Yogykarta

Pengertian sikap optimis
Setiap orang berbeda-beda dalam menghadapi suatu masalah. Ada yang merespon dengan positif dan negatif. Seseorang yang menanggapi dengan positif berarti ia memiliki sifat optimis.

Optimisme sangat baik untuk kesehatan mental seseorang. Sikap optimis bisa tumbuh dari dalam diri sendiri dan dukungan di lingkungan sekitar seperti teman atau keluarga. Seseorang yang optimis yakin jika hambatan yang muncul hanya berlangsung sementara sehingga masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik.

BACA JUGA : Pekerjaanmu Diremehkan Orang Lain? Jangan Marah Lakukan Hal Ini

Toxic positivity

Berbeda dengan optimis, toxic positivity membuat seseorang fokus hanya kepada pemikiran dan sikap positif. Seseorang dilarang untuk merasakan emosi negatif. Sikap ini akan membuat emosi negatif menumpuk dalam pikiran seseorang sehingga membuat rasa tertekan dan semakin terpuruk.

Contoh perkataan yang menunjukkan toxic positivity :

BACA JUGA : Ikatan Cinta Malam Ini, Selasa, 25 Mei 2021, Begini Reaksinya Andin Tahu Reyna Anak Kandungnya!

“Kamu harus bahagia, nggak boleh sedih”
“Jangan selalu berpikir negatif, berpikirlah positif”

Pada dasarnya setiap dukungan pasti berawal dari niat baik untuk membuat orang lain keluar dari masalah. Namun dukungan tersebut menjadi ‘toxic’ karena diberikan dengan cara dan waktu yang kurang tepat sehingga justru membuat mental semakin down. 

Editor: Putri
    Bagikan  

Berita Terkait