Tentang Apa itu Arti Cinta dan Pengorbanan, Kepada Mak Lampir Kita Belajar

Hiburan —Rabu, 19 May 2021 14:38
    Bagikan  
Tentang Apa itu Arti Cinta dan Pengorbanan, Kepada Mak Lampir Kita Belajar
Image/Pinterest

YOGYAKARTA, DEPOST JOGYA

Hidup memang penuh paradoks, apa yang dilakukan tidak berbanding lurus dengan hasilnya. Ada yang lurus ilmunya, lemah kelakuannya. Ada yang melotot matanya, malas membacanya.

Sederhananya, jika sebuah jarum yang tajam itu sangat berguna ketika dipakai menjahit pakaian dan akan sangat berbahaya ketika di pakai menusuk bola mata.

Lalu, apa yang ada di benak kita jika mendengar kata Mak Lampir?. Tentu kita akan langsung ingat pada hal-hal yang menyeramkan, bahwa dia adaah sosok antagonis, jahat dan hal buruk lainnya.

BACA JUGA: Postinglah Daku, Kau Kumaafkan

Namun di sisi lain mungkin banyak diantara kita yang belum tahu, jika dibalik pandangan buruk tentang Mak Lampir, ada kisah yang patut kita teladani darinya, terutama dalam hal cinta dan pengorbanan. Serta baagaimana kemudian dia bisa menjadi sosok yang amat menyeramkan sepert itu.

Nama Mak Lampir pertama kita dengar dari cerita radio yang kemudian diadaptasi ke layar lebar di era 90-an dengan judul ''Perempuan Berambut Api'' dan ''Cambuk Api''.

Kepopulerannya di layar lebar pun kemudian diadaptasi ke dalam sinetron kolosal TV di era 2000-an dengan judul serupa, yakni ''Misteri Gunung Merapi'' namun dalam latar era yang lebih modern. Lantas, siapa sebenarnya Mak Lampir? Mengapa ia begitu terkutuk di mata pemirsa atau pendengar radio? Berikut kisahnya.

BACA JUGA: Inilah 6 Cara Mudah Mengatasi Stres, Jangan Biarkan Berlarut-Larut

Putri Raja

Konon ceritanya, Mak Lampir merupakan seorang putri dari kerajaan kuno, yakni Champa (Chiem Thanh). Sebuah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam Tengah dan Selatan yang diperkirakan ada pada abad ke-7 hingga tahun 1832.

Bedasarkan beberapa cerita legenda, nama Mak Lampir sebenarnya adalah Siti Lampir Maimunah. Legenda Mak Lampir pun sebenarnya berasal dari Sumatera Barat.

Mitologinya cukup terkenal di beberapa wilayah di tanah Sumatera, sebut saja di Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, tempat Gunung Merapi berdiri.

Legenda Mak Lampir juga dikaitkan dengan cerita legenda 7 Manusia Harimau yang juga berasal dari Sumatra Barat, sebagian Provinsi Bengkulu, dan Lampung.

BACA JUGA: Ratusan Personel Polri di Kota Sukabumi Mulai Menerima Vaksinasi Covid-19

Awal Kisah Cinta dan Pengorbanan Mak Lampir

Semasa remaja, Mak Lampir adalah seorang gadis yang cantik, baik, dan sangat pemalu. Kemudian ketika dewasa ia jatuh cinta kepada seorang pemuda pengembara.

Pemuda pengembara itu dikenal dengan nama panggilan Datuk Panglima Kumbang, yang merupakan seorang bangsawan yang bergelar Datuk dan merupakan panglima dari alam kegelapan. Datuk Panglima Kumbang disebut dapat merubah wujudnya menjadi seekor macan kumbang atau harimau.

Cinta Mak Lampir pun tak bertepuk sebelah tangan, karena nyatanya sang Datuk pun menyukai Mak Lampir. Sayang, dua sejoli itupun harus menerima kenyataan kalau hubungan keduanya tak mendapat restu, karena pihak kerajaan Champa mengetahui sang Datuk berasal dari kaum siluman.

Sakit hati dengan kedua orang tuanya, Mak Lampir pun kemudian memutuskan untuk melarikan diri dan menyepi di kaki Gunung Merapi. Ia pun bertapa agar bisa masuk ke alam siluman dan menemukan pujaan hatinya. Sayang, upayanya belum membuahkan hasil.

Di dalam pertapaannya itu, kemudian Mak Lampir bertemu dengan seorang pertapa lain yang akhirnya menjadi gurunya dan membuatnya jadi wanita yang sangat sakti.

Guru Mak Lampir itu bernama Nenek Serintil, yang dikatakan cukup sakti mandraguna dari aliran hitam Anggrek Jingga.

Nenek Serintil dikisahkan adalah seorang pertapa berasal dari pulau Jawa yang memuja Batara Kala, sosok dewa yang disimbolkan sebagai raksasa yang berwajah menyeramkan.

BACA JUGA: Resep Minuman: Cookies and Cream Milkshake

Pengorbanan Cinta yang Berakhir Petaka

Karena telah memiliki kesaktian, akhirnya Mak Lampir kembali mencoba mencari sang pujaan hati, melalui penjelajahan ke alam siluman.

Hingga pada suatu hari Mak Lampir mendapat kabar bahwa sang Datuk tewas dalam sebuah pertempuran. Hancur sudah hati Mak Lampir mendengar sang pujaan hati meninggalkannya.

Namun dengan kesaktiannya, Nenek Serintil membekali Mak Lampir dengan sebuah ilmu yang mampu membangkitkan kaum siluman yang telah mati. Hanya saja, kecantikan mak lampir harus menjadi tumbalnya.

Demi menyelamatkan sang pujaan hati Mak Lampir pun akhirnya melakuan syarat itu walaupun harus mengorbankan kecantikannya. Dan usaha itu pun berhasil membangkitkan Datuk Panglima Kumbang.

Kini parasnya tak lagi ayu, dan berubah menjadi buruk rupa dan menyeramkan. Meski dengan wujud buruk rupa dan menyeramkan, Mak Lampir berharap Datuk Panglima Kumbang tetap mencintainya dan menerimanya dengan tulus. Karena sejatinya karena dia lah akhirnya panglima kumbang bisa hidup Kembali.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Pengorbanan yang dilakukan oleh Mak Lampir tidak berbanding lurus dengan kenyataan.

Sakit hati dengan perlakukan sang pujaan hati, hal itu kemudian yang memicu dendam tak berkesudahan dalam diri Mak Lampir. Ia pun berjanji akan terus memerangi kaum siluman dan Datuk Panglima Kumbang.

BACA JUGA: Resep Makanan: Pasta Italia Spaghetti Saus Bolognaise Al dente yang Enak dan Lezat

Hijrah ke Tanah Jawa

Untuk terus memerangi kaum siluman, Mak Lampir pun menggalang kekuatan dengan jin penguasa gunung Merapi di Jawa.

Selain untuk menggalang kekuatan dengan bangsa jin, tujuan pindahnya Mak Lampir ke pulau Jawa adalah untuk membuat ilmu yang dimilikinya menjadi semakin sempurna. Gunung Merapi di pulau Jawa ia jadikan pesemayaman dan mendirikan sebuah kerajaan gaib.

Mitosnya, karena hal tersebut Mak Lampir bisa hidup hingga ratusan tahun dan tak bisa mati. Dan akan terus mengganggu umat manusia, terutama pasangan sejoli.

Kerajaan jin itulah yang diyakini oleh masyarakat sekitar yang membuat Gunung Merapi menjadi sangat angker dan menyeramkan.

Kisah Mak Lampir ini akhirnya menjadi salah satu mitos paling legendaris di Indonesia. Terlepas dari benar tidaknya cerita terkait Mak Lampir ini, namun dari kisah di atas kita bisa belajar tentang arti sebuah pengorbanan. Dan sekali lagi tentang paradoks, bahwa sebuah pisau akan berguna saat dipakai untuk mengiris buah atau sayur, tapi akan sangat berbahaya ketika ditusukan ke perut. (ES)

Editor: Ajeng
    Bagikan  

Berita Terkait