DEPOSTJOGJA,-Situ Bagendit merupakan salah satu objek wisata yang berada di Garut, Jawa Barat. Tepatnya di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi. Nama Situ Bagendit sendiri berasal dari kata Situ yang di Bahasa Sunda artinya Danau dan Bagendit yang artinya Nyai Endit.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat sekitar, dahulu sebelum kawasan ini menjadi danau. Danau ini adalah sebuah desa. Di desa ini hiduplah seorang janda kaya raya bernama Nyai Endit. Nyai Endit terkenal sangat pelit juga serakah.
Kekayaan Nyai Endit ini berasal dari warisan suaminya yang sudah meninggal. Semua petani di desa sangat takut dan tunduk pada Nyai Endit karena ia memiliki banyak centeng yang sangat setia kepadanya. Para centeng-centeng Nyai Endit memiliki tubuh yang sangat kekar dan sering menindas orang yang lemah.
Karena takut dengan para centeng Nyai Endit, semua hasil petani di desa itu wajib dijual ke Nyai Endit dengan harga yang sangat murah. Para petani terpaksa menjual hasil panenya kepada Nyai Endit. Nyai Endit memiliki lumbung padi yang sangat luas sehingga mampu menampung seluruh hasil panen dari petani di desa itu. Nyai Endit menjual beras kepada penduduk setempat dengan harga yang berkali- kali lipat. Hal ini membuat harta Nyai Endit semakin banyak namun para penduduk malah semakin melarat.
Meskipun hartanya melimpah, Nyai Endit enggan memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin. Ia malah menggunakan hartanya untuk hidup mewah dan membeli perhiasan. Tak jarang, banyak warga yang meminta tolong kepadanya namun ditolak mentah-mentah.
Para petani pun hanya bisa pasrah dengan sikap Nyai Endit. Suatu ktika, Nyai Endit mengadakan acara di rumahnya sebagai perayaan atas hartanya yang semakin banyak. Ia memamerkan harta dan perhiasan miliknya kepada para tamu dan warga yang hadir.
Lalu, tiba-tiba ada kakek dengan pakaian yang kusut dan kotor memegang sebuah tongkat sebagai tumpuannya. Kakek ini menghampiri Nyai Endit dan memohon agar diberikan sedikit makanan karena ia kelaparan.
Baca juga: Sewu Dino Dijadikan Flm!
Nyai Endit malah membentak kakek tersebut dan mengusirnya dengan kata-kata kasar. Nyai Endit pun memerintah centeng-centengnya untuk menyeret kakek itu unntuk keluar dari rumahnya. Kakek itu pun langsung dipaksa keluar dari rumah Nyai Endit.
Pagi harinya, Nyai Endit mendapatkan sebuah tongkat yang tertancap tepat di depan halaman rumahnya. Nyai Endit berusaha mencabut tongat itu dengan sekuat tenaga namun tidak berhasil. Nyai Endit memerintahkan para centengnya untuk mencabut tongkat itu dari tanah. Namun, mereka tidak mampu mencabutnya, meski telah mengerahkan seluruh tenaga. Bahkan, semua warga pun dikumpulkan untuk mencabutnya namun tidak ada yang bisa.
Tiba-tiba seorang kakek yang pernah diusir Nyai Endit datang lagi. Kedatangannya kali ini bukan untuk meminta makanan kepada Nyai Endit. Ia justru ingin mengambil tongkatnya yang ketinggalan di depan rumah Nyai Endit. Dengan mudahnya, kakek itu mencabut tongkatnya dan membuat semua orang terkejut.
Dari tempat tongkat itu tertancap, keluar air yang begitu deras dengan cepatnya mengalir ke sekitar tempat itu. Semua warga pun langsung panik dan ;alangsung berlarian karena air membanjiri desa.
Semua penduduk desa segera pergi menyelamatkan diri. Berbeda dengan Nyai Endit, ia justru sibuk menyelamatkan harta bendanya yang begiut banyak. Ia begitu kesulitan karena sudah tidak ada satu pun yang bisa menolongnya.
Nyai Endit pun berteriak meminta tolong namun sia-sia. Karena kini hanya ia seorang diri yang tinggal di desa itu. Nyai Endit pun tenggelam bersama harta bendanya di desa itu. Desa itu pun tenggelam dan menjadi sebuah nama yang akhirnya diberi nama Situ Bagendit.* (PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Dunia Alami Disrupsi, ini Perubahan Besar yang Terjadi!