DEPOSTJOGJA,- Sudah tiga hari. Sri, Dini dan Erna bergantian mengurus Dela. Mulai dari memandikannya hingga memberinya minuman. Dela lebih seperti gadis yang sedang koma, dibandingkan dengan gadis yang disantet. Entah oleh siapa dan bagaimana certanya. Masih terlalu awam untuk tahu.
Entah sudah berapa kali, Sri mendengar Erna dan Dini berbicara tentang Dela. Membicarakan tentang bau busuk yang keluar dari tubuhnya, sampai kalimat yang tidak menyenangkan lainnya saat mereka tinggal di tempat ini.
Selain itu, Mbah Tamim misterius. Sri memilih diam. Namun, sebenearnya Sri juga sama seperti yang lain, aroma busuk itu sungguh mengganggunya. Selain itu, hidup di sini juga sangat berat. Tidak ada orang lain, kiri kanan hanya pohon liat. Seakan mereka tinggal di dunia yang berbeda.
Di suatu sore, mbah Tamin pamit, ia akan pergi. Ia berpesan kepada Sri dan yang lainnya untuk tetap menjalankan tugasnya. Dan tidak melupakan pantangan yang sudah ia ucapkan. Salah satunya untuk mengikat Dela saat membuka keranda itu. Tidak lupa, Mbah Tamin juga berpesan untuk tidak membukakan pintu pada malam ini.
Siapapun dan bagaimanapun, jangan membuka pintu, ucap Mbah Tamin. Sebelum ia pergi, melangkah menembus pepohonan di hutan. Sri yang mendengarnya merinding setiap mengingat pesan dari Mbah Tamin.
Hari sudah gelap, Sri menutup jendela lalu pergi ke kamar. Di sana, ia melihat Dini sudah tidur, disampingnya Erna tengah meringis menahan sakit. “Koen kenek opo Er (kamu kenapa er?),” tanya Sri. “Sri, aku oleh jaluk tulung (Sri, aku boleh minta tolong tidak?).”
Baca juga: Empat Wakil Indonesia Kandas di Singapore Open 2022
“Jalok tolong opo? (minta tolong apa?).”
“Engkok bengi, wayahlu ngadusi Dela, isok mok ganteni, mene, wayahmu, tak ganteni (mala mini, giliranku memandikan Dela, bisa kamu gantikan besok, ganti aku yang gantikan kamu).”
Awalnya, Sri keberatan. Namun, melihat kondisi Erna, Sri setuju. Setelah menerima permintaan Erna, Sri bersiap mengambil air. Ia lupa bahwa air di gentong dapur sudah habis. Terpaksa ia membuka pintu, bersiap untuk menimba air dari sumur.
Meski awalnya ragu, Sri mematung di depan pintu lalu perlahan membukanya dan keluar. Entah perasaan tidak enak macam apa yang Sri rasakan. Malam ini lebih hening dari biasanya. Tidak terdengar suara binatang malam, seakan membawa ketakutan Sri yang selama ini menyeruak keluar.
Sri melangkah keluar, ia cepat pergi ke sumur, menimbanya lalu kembali. Tapi, dari sudut mata Sri, jauh di salah satu pohon besar di samping pagar bambu kamar mandi, Sri melihat wajah yang mengamati. Sri menatapnya, wajah itu menghilang. Sri terdiam cukup lama. Namun, ia tetap melanjutkan tujuannya. Ia harus cepat melakukan tugasnya.
Sri segera menimba air dengan cepat. Ia juga tidak lupa matanya awas menatap sekeliling. Seakan ia sedang dikejar sesuatu. Setelah semua selesai, Sri berlari dan mengunci pintu. Perasaan lega langsung dirasakan oleh Sri. Kini ia melangkah menuju kamar Dela.
Sri meletakan airnya, taburan kembang sudah ia lakukan. Kini, Sri membuka keranda bambu kuning dan mulai membasuh tubuh Dela dengan handuk kecil. Ia tertuju pada perut besarnya, yang kata Erna di hamili oleh mbah Tamin. Sri tidak percaya dan selalu menyangkal ucapan itu.
Bagaimanakah cerita Sri saat memandikan Dela malam ini? Apakah semua akan berjalan sama seperti malam-malam sebelumnya? Atau berubah karena mbah Tamin pergi?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)
Baca juga: Jokowi Sambangi Pasar Sukamandi Kabupaten Subang