Tradisi Jawa Tengah Yang Masih di Lestarikan

Pendidikan —Sabtu, 24 Dec 2022 14:26
    Bagikan  
Tradisi Jawa Tengah Yang Masih di Lestarikan
Pinterest

DepostJogja,- Provinsi Jawa Tengah dikenal mempunyai banyak sekali tradisi yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakatnya.
Nah, kali ini Vocasia akan mengulas tentang berbagai upacara adat Jawa Tengah yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi ini bisa berkaitan dengan kebiasaan, adat istiadat, hingga keagamaan.
Apabila kamu sedang mencari informasi tentang tradisi Jawa Tengah, maka kamu berada di artikel yang tepat. Berikut rangkumkan 5 tradisi adat Jawa Tengah yang perlu kamu ketahui. Simak satu per satu, ya!

Tradisi Jawa Tengah
Upacara Tingkeban
Tradisi upacara adat ini juga disebut dengan nama upacara mitoni. Upacara tingkeban adalah upacara yang dilakukan usia kandungan baru berusia tujuh bulan. Mungkin kamu lebih mengenal tradisi ini dengan nama tradisi “nujuh bulan”.
Tradisi Jawa Tengah ini dilakukan dengan cara memandikan, lalu kemudian membacakan doa yang bisa memberikan keberkahan pada sang jabang bayi. Pada saat memandikan, akan ada acar pengguyuran yang harus dilakukan oleh tujuh orang tua atau sesepuh yang dituakan.

Ruwatan
Tradisi ruwatan merupakan salah satu upacara adat yang cukup populer di Indonesia. Upacara adat dari Jawa Tengah ini merupakan sebuah sarana yang dilakukan untuk membebaskan atau menyucikan diri manusia dari dosa serta kesalahan yang pernah diperbuatnya.
Sebagai contoh, ruwatan kerap dilakukan di wilayah sekitar Dieng Wonosobo. Anak-anak di wilayah tersebut yang memiliki rambut gimbal akan dianggap sebagai keturunan Buto Ijo yang jahat. Anak-anak ini harus segera diruwat agar bisa terhindar dari berbagai malapetaka yang mungkin terjadi.

Baca juga: Inilah Sejarah 22 Desember Hari Ibu

Tradisi Nyadran
Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan di bulan Sya’ban atau menjelang bulan ramadan. Kata Nyadran berasal dari kata ‘Sraddaa‘ yang bermakna keyakinan. Tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta dimaksudkan untuk membersihakan makam orang tua dan leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, dan berdoa atau selamatan di area makam.
Dalam tradisi Jawa bulan ramadan disebut juga bulan ruwah, sehingga Nyadran disebut juga acara ruwah. Bagi masyarakat Jawa, Nyadran merupakan tradisi yang penting. Pasalnya, para pewaris tradisi ini menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.
Di beberapa daerah di Jawa, masyarakat membersihkan makam sambil membawa makanan hasil bumi yang disebut sadranan. Lalu, mereka akan makan bersama-sama di atas daun pisang. Namun, tradisi Nyadran di setiap daerah di Jawa berbeda-beda.
Di Muntilan, Jawa Tengah, masyarakat tidak membawa sadaran (makanan hasil bumi) ketika membersihkan makam. Masyarakat mempercayai bahwa tradisi Nyadran dengan membersihkan makam adalah simbol pembersihan diri menjelang ramadan. Tidak hanya kepada Pencipta, namun pembersihan diri pada leluhur dan kegangatan persaudaraan.

Mubeng Beteng
Tradisi Jawa Tengah yang berikutnya adalah mubeng benteng. Tradisi ini selalu dilakukan pada malam satu suro sehingga sering dinamakan dengan nama tradisi malam satu suro. Mubeng Beteng ini ada di Yogyakarta dan dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta.
Hal ini dilakukan sebagai simbol refleksi dan intropeksi diri. Saat melakukan mubeng benteng, kamu tak boleh berbicara dan makan atau minum selama melakukannya hingga selesai.

Baca juga: Resep Kue Ikan Odeng Korea

Tradisi Wetonan
Wetonan dalam bahasa Jawa memiliki arti keluar. Namun, wetonan yang dimaksud di sini berhubungan dengan kelahiran orang. Tradisi wetonan adalah upacara yang dilakukan guna menyambut bayi yang baru lahir.
Tradisi wetonan ini dilakukan supaya nantinya bayi tersebut akan terhindar dari bahaya serta bisa mendapatkan rezeki serta keberuntungan yang lebih.

Upacara Larung Saji
Tradisi di Jawa Tengah seperti upacara larung saji biasanya dijumpai di daerah yang berada di pinggir pantai seperti di pesisir utara dan selatan. Upacara ini dilakukan dengan cara menghanyutkan beberapa bahan makanan seperti hasil panen dan hewan sembelihan ke lautan dengan perahu.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari rasa syukur pada Sang Pencipta akan hasil laut yang diberi pada nelayan. Selain itu, upacara ini dilakukan akan mendoakan keselamatan para nelayan yang melaut

Tradisi Syawalan
Syawalan adalah salah satu tradisi yang dilakukan selama 7 hari setelah merayakan hari raya Idul Fitri. Masyarakat setempat menjuluki tradisi syawalan dengan nama tradisi lebaran ketupat.
Sebab tidak seperti daerah lain di Indonesia yang menyajikan ketupat pada saat hari raya idul fitri.
masyarakat Jawa Tengah justru menyajikan nasi kuning saat lebaran. Kuliner ketupat baru akan disajikan pada saat tradisi syawalan. (RA)

Baca juga: Resep Tortila Ayam Gulung

Editor: Ririn
    Bagikan  

Berita Terkait