Salahkah bila Mo Salah Meminta Kenaikan “Bisyarah”?

Sepak Bola —Rabu, 22 Sep 2021 11:16
    Bagikan  
Salahkah bila Mo Salah Meminta Kenaikan “Bisyarah”?
Image/Pinterest

DEPOSTJOGJA

Oleh: Amir Machmud NS

SERAKAHKAH apabila Mohamed Salah meminta kenaikan gaji, dari Rp 3,8 miliar per pekan menjadi Rp 9,3 miliar?
Pendapat soal ini bisa jadi akan terasa relatif. Katakanlah, misalnya penilaian berbeda dari dua legenda Liverpool: Michael Owen dan Danny Murphy.
Owen, yang pada 1990-an dikenal sebagai “anak ajaib” The Reds, berpendapat, bila permintaan Mo Salah dipenuhi, berpotensi menimbulkan efek yang kurang baik bagi tim. Membandingkan dengan gaji Virgil van Dijk, misalnya, yang tiba-tiba bayaran Mo Salah dua kali lipat dari itu.

Baca juga: Ikatan Cinta Malam Ini, Apakah Orang Tersebut Bisa Ditangkap Aldebaran?

Baca juga: Berikut Olahan Nasi Lezat yang Wajib Dicoba!

Baca juga: Resep Dessert Box Biskuit Rumahan Lezat dan Lumer

Sedangkan Murphy menilai, proposal Salah tidak berlebihan jika mempertimbangkan kontribusi pemain asal Mesir itu selama ini. Salah telah membuktikan semuanya. Angka yang disodorkan itu, andai dipenuhi, bakal merupakan catatan sebagai gaji tertinggi dalam sejarah Liverpool.
“The Pharaoh” adalah kunci gol yang produktif. Hingga tahun kelima keberadaannya di Anfield Road, peran itu tidak berkurang. Mo Salah tetap tajam, fungsional, dan tidak pernah menimbulkan friksi di dalam relasi tim.

Meminta kenaikan “bisyarah” (pendapatan/ honor) merupakan hal yang jamak, mengingat pemain (bersama agennya) tentu memiliki road map sesuai dengan pengembangan karier, peluang, juga usia. Apalagi realitasnya, seorang pemain hanya memiliki masa-masa yang pendek dalam kehidupan profesionalnya.

Baca juga: Simak Perbedaan Antara Es Podeng dan Es Doger

Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Kamis 23 September 2021, Sagitarius Merasa Sakit, Leo Merugikan Sendiri

Baca juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Rabu 22 September 2021, Aries Sedang Banyak Uang, Libra Terlalu Bergantung


Kisah Sukses Afrika

Mohamed Salah, yang pernah memperkuat Basel, Chelsea, Fiorentina, dan AS Roma adalah contoh kisah sukses pemain asal Afrika menembus orbit dunia.
Dia mengikuti jejak kemonceran Rabah Madjer, Thomas N'Kono, Nwanko Kanu, George Weah, Samuel Eto'o, Didier Drogba, Yaya Toure, Pierre Emerick-Aubameyang, hingga Ryad Mahrez.
Di antara generasinya sekarang, Mo Salah terhitung sebagai yang paling konsisten. Tak heran, sejak dua musim lalu dia menjadi incaran dua klub raksasa, Real Madrid dan Barcelona. Namun hingga sejauh ini, dia masih kerasan bermain bersama rekan Senegal-nya, Sadio Mane sebagai sepasang penyerang yang sangat ditakuti lawan.

Liverpool, yang beberapa kali diberitakan siap melego sang bintang, nyatanya tetap mempertahankan. Salah memang bukan hanya menjadi ikon permainan Si Merah. Dia adalah juga simbol humanisme yang secara alamiah mampu menepis Islamofobia di Inggris. Mo Salah menjadi teladan dan inspirasi lantaran sikapnya yang rendah hati.
Bersama Sadio Mane yang punya keyakinan sama, Salah merepresentasikan keberterimaan ideologis dengan hadir utuh sebagai “manusia”. Keduanya tidak pernah mengalami usikan-usikan keyakinan yang mengganggu kehidupan keseharian mereka.

Baca juga: Simak Perbedaan Antara Es Podeng dan Es Doger

Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Kamis 23 September 2021, Sagitarius Merasa Sakit, Leo Merugikan Sendiri

Baca juga: Ramalan Zodiak Hari Ini Rabu 22 September 2021, Aries Sedang Banyak Uang, Libra Terlalu Bergantung

Mempertahankan Mo Salah tentu merupakan pilihan tepat bagi pelatih Juergen Klopp. Chemistry-nya dengan tim ditunjukkan antara lain lewat ketajaman yang terekspresikan secara konsisten pada awal musim ini. Tak diragukan lagi, dia merupakan elemen terpenting tim Merseyside Merah.
Salah tetap menjadi bagian dari puzzle Trio Anfield yang setajam sayat pisau bersama Mane dan Roberto Firmino. Kehadiran striker Diogo Jota yang tak kalah tajam bukan merupakan hambatan bagi Salah untuk terus berkontribusi dan mencetak rekor demi rekor.
Ketika dia meminta kenaikan gaji, bukankah sejatinya itu adalah bagian dari dinamika wajar negosiasi dalam proses pembicaraan kontrak profesional? Mengingat usianya yang 29 tahun, boleh jadi harga yang diminta kali ini merupakan peluang mendapatkan kontrak besar yang terakhir.

-- Amir Machmud NS, wartawan senior, kolumnis sepak bola, dan penulis buku.

Editor: Rere
    Bagikan  

Berita Terkait