DEPOSTJOGJA
Oleh: Amir Machmud NS
KOPI, TIBA-TIBA TAK KUKENALI
seteguk kopi dari cangkir luka
membawa wajah yang berbeda
kuaduk lagi dengan putaran tanpa jiwa
mendadak seperti beku telaga
misteri apakah yang hadir mencibir
di bibir cangkir
serbuk wangi mengerak kasar
sia-sia kupaksa indera mengenali
serta merta kubuang hasrat
memalingkan kepul birahi
ke senyap tubir cangkir
o, telaga yang dingin mendangkal
tiba-tiba aku merasa terabaikan
uap kopi mengalunkan musik perang
pekatnya menyembunyikan licik rencana
keraknya menyisakan aura permusuhan
sia-sia aku mengaduknya
dengan cinta.
(2020)
KAU TAKLUKKAN KOPI
cukupkah kau merasa gagah
hanya karena mampu menaklukkan secangkir kopi
dalam seteguk perkasa
seolah-olah ia monster jantan
yang menyimpan tantangan
kopi sejatikah itu yang terkalahkan di kilau hitam
apakah tak kau lihat mata raksasa menatap kejam
ada uap menggeram
dengan kepul menyengat tajam
kau libas dengan seruput hasrat
kemenangankah yang kau dapat dari teguk ke teguk
kegagahan kau raih dari nikmat hirup ke hirup
meninggalkan kerak dangkal di cangkir lekak
lalu napas lega kau hela
mereguk cinta tanpa sisa
tahukah kau
cangkir sepi itu menertawakanmu
yang berlalu dengan langkah kemenangan.
(2020)
Baca juga: Drama Korea Descendants of The Sun, Memutuskan untuk Mengakhiri Hubungannya
Baca juga: Resep Makanan Mie Tek-tek yang Mudah Dibuat di Rumah
Baca juga: Keindahan Bukit Wairinding di Pulau Sumba
WANGI WAKTU KOPI
kau akan selalu meminta kembali
si bedebah kopi menjadi teman sepi
setegas kau mencoba meninggalkan
selekas pula kau memanggilnya lagi
kau akan selalu meronta tanpa dia
menggapai rindu dengan misteri uapnya
tak kau sadarikah dia meniupkan tenaga
menyusun otot hidup menatap hari-hari
yakinilah kau akan merayunya lagi
mengundang pikiran tentang kesegaran
kau kira mudah mengusung gairah
tanpa menabur manteranya
kau kira bisa melangkah ringan
tanpa ritus tafakur
menyatukan bibirmu ke bibir cangkir?
dia membawamu bertualang
ke ruang imajinasi tentang keyakinan
mengarungi iman ideologi
: kopi itu wangi hati
kopi itu wangi pagi
kopi itu wangi waktu
yang tak bisa kau batasi.
(2020)
-- Tiga puisi di atas dinukil dari antologi "Kematian, Setiap Kali" (2021) sebagai kumpulan puisi Amir Machmud NS di samping "Tembang Kegelisahan" (2020), "Percakapan dengan Candi" (2021), dan "Dari Peradaban Gunadarma" (2021).
Sajak-sajak wartawan senior Semarang ini juga tersebar di sejumlah antologi bersama dan media.
Baca juga: Sinopsis The Bride Of Habaek, Harus Rela Mengorbankan Dirinya
Baca juga: Bosan Makan Ayam Biasa? Coba Resep Makanan Ayam ala Vegetarian
Baca juga: Memiliki Banyak Waktu Luang? Coba Main Game Terlaris Sepanjang Masa Ini