YOGYAKARTA, DEPOSTJOGJA
Apa yang kita rasa setiap kita mengunjungi sebuah candi, rasa kagum, rasa bangga, atau rasa tenang hingga terkadang kita hanyut dengan rasa rindu untuk mengunjunginya kembali. Sebuah keberuntungan bagi kami yang hidup dikelilingi banyak candi, dan kali ini kami mencoba merasakan candi dengan sastra yang ditulis oleh Amir Machmud NS, Melalui bukunya "Percakapan Dengan Candi"
Pada Kesempatan Kali ini, kami mengunjungi Candi Kalasan yang terletak di Desa Kalibening, Tirtomartani, Sleman, Yogyakarta, lebih tepatnya 16 Kilometer ke arah timur dari kota Yogyakarta. Keterangan mengenai Candi Kalasan dimuat dalam Prasasti Kalasan yang ditulis pada Tahun Saka 700 (778M). Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Sanskerta menggunakan huruf pranagari, disebutkan bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Syailendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama Panangkarana mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta Buddha. Menurut prasasti Raja Balitung (907M) yang di maksud Tejapurnama Panangkarana adalah Rakai Panangkaran Putra Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Hindu. Memang tidak jauh dari candi Kalasan juga terdapat candi Sari yang menurut sejarah digunakan sebagai tempat tinggal para pendeta Buddha.
Dari sepenggal sejarah tentang candi Kalasan kami mencoba menemukan rasa melalui puisi dari Amir Machmud NS, Melalui bukunya "Percakapan Dengan Candi" mari kita simak puisinya.
BACA JUGA: Ramalan Zodiak Besok Sabtu 12 Juni 2021, Pisces dan Cancer Berambisi, Leo Dituntut Kejujuran
Menyimpuh Semadi Candi Kalasan
di celah mana sinar menyusup bebatuan?
ada keremangan yang tersirat
ada pagi yang tersurat
ada siang yang memanjat
ada malam yang bermunajat
memasrah di simpuh semadi
hening menggembarakan sukma
hati Rakai Panangkaran berbunga-bunga
saat bebatuan mulai disusun
membentuk candi kalasan
di Kalibening, bisikan-bisikan lembut terjaring desah puja Pupuh syair
menyatukan raga dengan sukma
membebaskan Sukma menuntun raga tak sia-sia
Sang Tejapurnapana memberi ruang purnama menyibak kelam dunia
memuja Dewi Tara
Kalasan, kuraih terang
kubuang bimbang
Kami merasakan bagaimana puisi ini menceritakan sebuah semangat mewujudkan sebuah cita-cita luhur (Keberagaman), menggambarkan bagaimana perjuangan meletakan bangunan suci agar bisa berfungi sesuai daya cipta dan pengetahuan leluhur kala itu, keterhubungan dengan alam semesta ini. Candi ini sebenarnya bernama Candi Tara, namun karena letaknya di Kalasan maka orang lebih mengenal dengan nama Candi Kalasan. Jadi semangat menjaga kerukunan beragama sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu, dengan bukti bahwa Candi Tara ini dibangun oleh Rakai Panangkaran yang beragama Hindu atas saran dari para pendeta Buddha untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara. Bahwa Dewi Tara adalah lambang kebebasan atau kemerdekaan jiwa dan menyatakan keberhasilan dan prestasi hidup sejati dan bersifat suci yang diajarkan agama Buddha. Dari berbagai sumber (RB)