DEPOSTJOGJA
Oleh: Amir Machmud NS
PELATIH dengan tekanan darah paling tidak stabil saat-saat ini, boleh jadi adalah Ole Gunnar Solskjaer dan Ronald Koeman.
Naik, turun, naik lagi. Ketika mulai menabung rasa aman dengan kemenangan, tak lama kemudian menghadapi kenyataan tim-tim asuhan kedua pelatih itu mengalami kekalahan.
Lalu ketika suara-suara fans mulai menyusun koor pemecatan, giliran pasukan mereka mencatat kemenangan.
Kesimpulannya: Manchester United dan Barcelona mengalami instabilitas penampilan!
MU, yang kini menjadi salah satu tim dengan materi pemain paling berkilau, akhir pekan kemarin hanya mampu bermain 1 - 1 melawan Everton, setelah sebelumnya menelan kekalahan 0 - 1 dari Aston Villa yang terbilang semenjana. Parahnya, dua laga tersebut berlangsung di Stadion Old Trafford, tempat yang selama ini dikenal "angker" bagi tim-tim lawan.
Bombardemen para bintang sekelas Cristiano Ronaldo, Edinson Cavani, Bruno Fernandes, dan Mason Greenwood tak cukup meluruhkan ketangguhan kiper Villa, Emiliano Martinez. Benteng terakhir Everton Jordan Pickford juga menjadi penghalang.
Beberapa hari sebelum ditahan Everton, kemenangan 2-1 atas Real Villareal di Liga Champions membuat Solskjaer sedikit bersenyum dan bernapas lega. Lagi-lagi, Ronaldo menunjukkan peran dengan gol penentu kemenangan.
Sementara itu di La Liga, kondisi Barcelona makin compang-camping. Yang terbaru, kalah 0 - 2 dari Atletico Madrid. Sebelum itu, Blaugrana tampil medioker dalam tiga laga di Liga Champions dan kompetisi domestik
Baca juga: Menikmati Indahnya Pantai Wohkudu Gunung Kidul yang Berada di Yogyakarta
Baca juga: Resep Makanan Cara Membuat Salmon Mentai
Baca juga: Drama Korea The Lovers Of Red Sky Episode 9 Sub Indo, Cheon Ki sangat mencintai gadis itu.
Pasukan Ronald Koeman sempat menghumbalangkan Levante 3-0. Kemenangan itu menjadi istimewa, karena diwarnai penampilan gemilang pemain remaja Ansu Fati. Bagi Koeman tentu dirasakan lebih istimewa, bagai melonggarkan napas yang telah sesak tersengal-sengal. Tetapi bagaimana dengan performa yang kembali ngedrop melawan Benfica dan Atletico?
Pelatih asal Belanda itu mulai diragukan. Wawancaranya dengan media bahkan sempat dicibir ketika dia mengklaim sebagai sosok yang akan menyelamatkan Barcelona. Nyatanya, dia belum memberi bobot penampilan yang pantas.
Begitulah sepak bola terus bergulir. Tensi naik - turun yang menghinggapi hari-hari Solskjaer dan Koeman diperkirakan masih bakal berlangsung beberapa pekan ke depan.
Batasnya, mampukah mereka menstabilkan performa tim? Atau malah memaksa manajemen klub untuk memutuskan pemecatan?
Spekulasi Calon Pengganti
Nama-nama calon pengganti pun diapungkan. Di Old Trafford beredar dua kandidat, Zinedine Zidane dan Antonio Conte. Sedangkan di Camp Nou mengorbit nama Xavi Hernandez, sosok yang dianggap paling tepat untuk membangun kembali rezim tiki-taka.
Selain Xavi, beredar nama Jordi Cruyff, eks pemain yang juga putra Johan Cruyff. Johan adalah "master mind" peletak dasar filosofi permainan indah di Akademi La Masia. Tetapi Jordi sudah menyampaikan tidak siap menerima limpahan tugas berat itu. Calon lain adalah Andrea Pirlo, eks taktikus Juventus, serta Roberto Martinez, pelatih tim nasional Belgia.
Kondisi up and down pelatih sepak bola di tengah kompetisi sebenarnya merupakan dinamika biasa. Yang membedakan, MU tengah dalam tuntutan perburuan trofi pertama di bawah Solskjaer, antara lain dengan memobilisasi akumulasi materi pemain. Sedangkan Barca berada dalam atmosfer yang "sangat merongrong" untuk membuktikan: bisa apa tim ini sepeninggal Lionel Messi?
Baca juga: Menikmati Indahnya Pantai Wohkudu Gunung Kidul yang Berada di Yogyakarta
Baca juga: Resep Makanan Cara Membuat Salmon Mentai
Baca juga: Drama Korea The Lovers Of Red Sky Episode 9 Sub Indo, Cheon Ki sangat mencintai gadis itu.
Menyikapi suasana transisi memang tidak mudah. Apalagi ketika manajemen klub merasa sudah tidak tahan berada dalam tekanan fans. Padahal memutuskan pergantian pelatih di tengah turbulensi performa juga bukan jaminan solusi yang tepat.
Apakah memang Solskjaer bukan figur tepat karena tak kunjung mampu menstabilkan performa Setan Merah?
Apakah Koeman bukan sosok yang cakap menerjemahkan filosofi permainan yamg dibutuhkan Barca?
Di bagian lain, lihatlah, bukankah Mikael Arteta juga mengalami tekanan serupa di klub yang sedang berusaha bangkit?
Fans dan legenda Arsenal telah menyuarakan, Arteta bukan sosok yang mampu ber-chemistry dengan Arsenal. Namun, penampilan The Gunners akhir-akhir ini tiba-tiba telah memberi secercah harapan lain.
Apakah Arteta membawa tiupan angin perubahan?
Pada titik yang sama, sejatinya naik - turun tensi Solskjaer dan Koeman adalah dinamika biasa dalam romansa klub sepak bola.
Yang dibutuhkan juga daya tahan mental. Justru ketika kehidupan makin bergantung dan diwarnai oleh interaksi masif media sosial. Bukankah suara-suara alam maya kini punya kekuatan yang bisa termobilisasi untuk mengeksekusi pilihan-pilihan?
-- Amir Machmud NS, wartawan senior, kolumnis sepak bola, dan penulis buku.