YOGYAKARTA, DEPOSTJOGJA
Oleh: Amir Machmud NS
Mulai hari ini, setiap Rabu, kolumnis sepak bola Amir Machmud NS akan menyajikan
analisis khas untuk matajateng.depost.com. Amir yang menulis sepak bola sejak 1983
berpengalaman dalam berbagai liputan mulai dari kegiatan sepak bola lokal, regional,
nasional, hingga internasional. Artikel-artikelnya tersebar di berbagai media. Sejak 1994,
selain buku-buku jurnalistik, biografi tokoh, dan sastra, ia telah menerbitkan buku-buku
sepak bola, yakni Potret Olahraga (1994), Sepak Bola Semarangan (1999), Sepak “Dolar”
Bola (2017), dan Sepotong Mimpi dari Rusia (2018).
KONTESTASI Ballon d’Or tahun ini menyimpan dua keniscayaan. Pertama, lahirnya rekor
yang secara logika bakal sulit dipecahkan oleh manusia sepak bola mana pun. Kedua,
kemunculan tokoh baru yang semula tak terperkirakan.
Manusia sepak bola yang sanggup mencatat kemungkinan rekor abadi penghargaan individu
itu, siapa lagi kalau bukan Lionel Andres Messi?
Apabila itu terjadi, pemain 34 tahun itu bakal punya posisi khusus bahkan di atas Pele, Diego
Maradona, Ronaldo Nazario, Ronaldinho, atau Zinedine Zidane.
Dari banyak perspektif diskursus sejauh ini, Messi hanya tinggal “memenuhi syarat” untuk
meraih Ballon d’Or-nya yang ketujuh, yakni juara Copa America. Pada 15 Juli lalu, La Pulga
sukses mengantar Argentina menjadi kampiun dengan mengalahkan tuan rumah Brazil di
Stadion Maracana, Rio de Janeiro.
Messi bukan hanya pecah telur sejarah: juara bersama timnas untuk kali pertama. Dia juga
memborong predikat Man of the Tournament dan Sepatu Emas. Capaian itu melengkapi gelar
Copa del Rey bersama Barcelona dan el pichichi atau pendetak gol terbanyak La Liga.
Dari catatan itu, Messi memperlebar jarak persaingan dengan Cristiano Ronaldo yang
berambisi menyamai raihan enam trofi. Hanya, tahun ini musim CR7 bersama Juventus
kurang terang. Predikat top scorer Liga Seri A dan Euro 2020, tanpa gelar juara bagi
Juventus dan timnas Portugal membuatnya sulit menjajari capaian Messi.
BACA JUGA: Membuat Orang Sakit Tapi Sehat Secara Medis, Hati-Hati Misteri Hantu Kiriman
Messi Unggul Mutlak
Deret opini pembandingan antara dua pemain terbaik dalam satu dasawarsa terakhir itu
akhirnya memang menyimpulkan, musim ini Messi unggul mutlak atas Ronaldo. Bahkan
dengan gelar Copa America, dia sudah melewati jagoan Portugal tersebut dalam konstelasi
zaman.
Kalkulasinya, Ronaldo memang telah dua kali mengantar Selecao meraih juara di Euro 2016
dan UEFA Nations League 2017. Juga lima kali juara Liga Champions di dua klub berbeda
(Manchester United dan Real Madrid), namun di level junior, Messi lebih kinclong. Dia
sukses meraih Piala Dunia U-20 2005 dan medali emas Olimpiade 2008, termasuk empat kali
mengangkat trofi Liga Champions.
Kini, setelah peluang Ronaldo disimpulkan menipis, rival terkuat La Pulga justru pemain
yang dari sisi pesona permainan tidak se-“bla-bla-bla” dua megabintang tersebut.
Kategorinya pun bukan “megabintang”, tetapi membuktikan punya peran vital di tingkat klub
dan timnas.
Semula banyak dikandidatkan nama N’Golo Kante, gelandang bertahan yang berperan
penting mengantar Chelsea juara Eropa. Sosok lembut nan humanis ini, sayangnya tidak
berhasil membawa Prancis mempertahankan gelar Euro.
Ketika Kante tak lagi dikandidatkan, muncul nama Jorginho. Holding midfielder Chelsea ini
tak kalah penting bagi The Blues dibandingkan dengan Kante. Selain trofi Liga Champions,
modal terpentingnya adalah gelar juara Euro 2020 bersama Italia. Pemain berdarah Brazil ini
menjadi figur tak tergantikan sebagai panglima lini tengah Gli Azzurri.
Boleh jadi, Jorginho-lah persaing alternatif Messi yang paling kuat.
Nama-nama Lain
Tentu saja kita masih bisa menyebut nama Robert Lewandowski, kapten Polandia yang
menjadi mesin gol subur bersama Bayern Muenchen. Atau juga Kevin de Bruyne, otak
permainan Manchester City yang mempersembahkan trofi Liga Primer dan Liala Liga. Di
timnas Belgia, De Bruyne menjadi play maker di samping Edern Hazard.
Di luar mereka, nama Gianluigi Donnarumma juga mencuat setelah terpilih sebagai Player of
the Tournament Euro 2020. Dia mewakili kisah kehebatan kiper nasional di turnamen besar
selain Emilio Martinez, pahlawan Argentina di Copa America.
Dari komposisi peluang seperti itu, mestinya tidak ada aral bagi Leo Messi untuk
memecahkan rekor Ballon d’Or ketujuh. Catatan yang entah dalam berada dekade lagi bisa
didekati oleh perjalanan manusia-manusia hebat sepak bola...
--Amir Machmud NS, wartawan senior, kolumnis sepak bola