Pura Besakih Menyimpan Bukit Peninggalan Zaman Megalitikum

Wisata —Minggu, 14 Nov 2021 15:09
    Bagikan  
Pura Besakih Menyimpan  Bukit Peninggalan Zaman Megalitikum
image/ pinterest

BALI, DEPOSTJOGJA 

Pura Besakih Karangasem adalah tempat persembahyangan agama Hindu di Bali. Selain itu di dalam area Pura ini, tidak hanya terdapat satu Pura, tetapi banyak Pura. Karena begitu banyaknya terdapat Pura dalam satu wilayah, maka Pura Besakih Bali adalah Pura terbesar di Indonesia.

Pura Besakih Bali juga sering disebut dengan nama Pura Agung Besakih. Lokasi Pura Besakih terdapat di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.


Pura Besakih Bali terdiri dari 1 pusat Pura yang diberi nama Pura Penataran Agung Besakih dan terdapat 18 Pura pendamping yang berada di sekeliling dari Pura Penataran Agung Besakih. 1 buah Pura Basukian dan 17 pura lainnya.
Rute menuju Pura Besakih.


Akses dari Kota Denpasar untuk mencapai tempat ini berjarak sekitar 25 km ke arah utara dari Kota Semarapura, Kabupaten Klungkung. Perjalanan menuju Pura Besakih melewati panorama Bukit Jambul yang juga merupakan salah satu obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Karangasem.

Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana, dimana penataannya disesuaikan berdasarkan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut.

Masing-masing-masing-masing arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala” dimana mandala tengah sebagai porosnya, sehingga kelima mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.


Penjabaran struktur bangunan Pura Besakih berdasarkan konsep arah mata angin tersebut, adalah :


Pura Penataran Agung Besakih sebagai pusat mandala di arah Tengah dan merupakan pura terbesar dari kelompok pura yang ada, yang ditujukan untuk memuja Dewa Ciwa;

  • Pura Gelap pada arah Timur untuk memuja Dewa Icwara;
  • Pura Kiduling Kereteg pada arah Selatan untuk memuja Dewa Brahma;
  • Pura Ulun Kulkul pada arah Barat untuk memuja Dewa Mahadewa;
  • Pura Batumadeg pada arah Utara untuk memuja Dewa Wisnu.

Mengunjungi objek wisata pura Besakih tentu ada beberapa hal yang perlu ketahui mulai dari etika serta pantangan-pantangan mengunjungi sebuah objek wisata pura, spot-spot mana yang menyuguhkan pemandangan cantik, termasuk juga mengenal latar belakang sejarah berdirinya pura tersebut.

Perlu diketahui juga untuk itulah wisatawan domestik maupun asing yang berkunjung ke pura Besakih, wajib ditemani oleh pemandu atau tour guide, baik itu pemandu lokal ataupun pemandu wisata yang mungkin anda sewa dalam perjalanan tour.


Sebagai pura utama di pulau Bali, pura Besakih memiliki satu pusat tempat persembahyangan yang dinamakan Penataran Agung Besakih, setiap umat yang datang dengan tujuan persembahyangan ke kawasan pura ini, maka Penataran Agung wajib sebagai tujuan dan tempat persembahyangan umat.


Sejarah Pura Besakih

Setiap pembangunan atau berdirinya pura besar di Bali, seperti pura Besakih tentu ada sejarah yang melatarbelakangi terbentuknya pura tersebut. Keberadaan pura Besakih erat kaitannya dengan perjalanan Rsi Markandeya.

Beliau seorang yogi, tokoh agama dari India, yang menetap di pulau Jawa tepatnya di Gunung Rawung, karena kebijaksanaannya, kesuciannya dan ketokohannya dalam pemahaman agama beliau dikenal juga dengan nama Bhatara Giri Rawang.

Dalam pertapaanya beliau mendapat wahyu untuk pergi ke pulau Bali dan merambas hutan untuk dibagikan kepada pengikutnya, dalam proses pembabatan hutan tersebut tidak sedikit rintangan yang menghalanginya, seperti binatang buas.

Banyak pengikutnya yang meninggal dan harus kembali ke Jawa, dan pada hari baik datang lagi ke Bali, dimulai dengan upacara Dewa dan Buta Yadnya dan Pratiwi Stawa disertai doa penolak seluruh hama.

Setelah selesai melakukan perambasan hutan ditanam juga sebuah kendi yang berisi 5 unsur logam yang dikenal dengan nama Panca Datu yang terdiri dari besi, perunggu, tembaga, perak dan emas, juga disertakan mirah yang paling utama yaitu Mirahadi serta berbagai sarana upacara lainnya.Tempat ini bernama Basuki yang berarti selamat, kemudian Basuki menjadi kata Besakih sampai sekarang ini.

Baca juga: Film Jingga dan Senja, Bersaing Untuk Memenangkan Hati Wanita Cantik

Baca juga: Malam Pun Menjauh

Baca juga: Resep Makanan Sayur Lodeh Tempe Pete yang Nikmat

12
Editor: Rere
    Bagikan  

Berita Terkait